favicon
Mari Dukung Pelestarian Sejarah Gresik
Donasi

Giri Kedaton: Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur

   
Giri Kedaton: Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur

Giri Kedaton: Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur

 


Awal Mula Penyebaran Islam dari Tanah Giri

Di awal abad ke-15, seorang ulama Arab bernama Wali Lanang tiba di Blambangan untuk berdagang sekaligus menyebarkan ajaran Islam. Meski berhasil menikahi putri raja Blambangan setelah menyembuhkan penyakitnya, upaya dakwahnya menemui jalan buntu karena sang raja tetap menolak memeluk Islam.

Kisah tragis dimulai ketika Wali Lanang memutuskan meninggalkan Blambangan. Putranya dari pernikahan tersebut mengalami nasib malang—dibuang ke laut dalam sebuah peti. Namun takdir berkata lain. Bayi tersebut diselamatkan oleh Nyai Gede Pinatih dari Gresik yang kemudian mengangkatnya sebagai anak.

Perjalanan Spiritual Raden Paku

Setelah dewasa, anak yang diberi nama Raden Paku ini dikirim berguru pada Sunan Ngampel Denta di Surabaya. Bersama Santri Bonang, putra sang guru, Raden Paku melanjutkan perjalanan spiritual ke Malaka untuk berguru langsung kepada ayah kandungnya, Wali Lanang yang kini dikenal sebagai Syekh Maulana Ishaq.

Di Malaka, keduanya menerima misi suci untuk menyebarkan Islam di Jawa Timur. Namun pendekatan mereka berbeda. Santri Bonang ditugaskan berdakwah langsung ke masyarakat melalui kesenian gamelan dan kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang. Sementara Raden Paku diminta membangun pusat dakwah permanen di daerah perbukitan Jawa Timur.

Lahirnya Giri Kedaton

Raden Paku memilih daerah perbukitan di Desa Sidomukti, selatan Gresik, untuk mendirikan pesantren. Karena lokasinya di "giri" (bukit), dia kemudian dikenal sebagai Sunan Giri dan mengambil gelar Prabu Satmata.

Pada 1485, Prabu Satmata membangun kedaton megah lengkap dengan taman sari yang menyerupai kompleks istana kerajaan Jawa. Taman sari diselesaikan tiga tahun kemudian pada 1488. Komplek ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga pusat pendidikan Islam yang komprehensif.

Pembangunan kedaton dan penggunaan gelar kerajaan ini mencerminkan meningkatnya kesadaran diri para pemimpin Islam muda yang merasa bagian dari komunitas Muslim internasional.

Pusat Dakwah dan Legitimasi Kekuasaan

Giri Kedaton berkembang menjadi lebih dari sekadar pesantren. Lembaga ini menjadi pusat pengembangan masyarakat yang mengirim para santrinya sebagai penyebar Islam ke berbagai pulau—Bawean, Kangean, Madura, Maluku, Ternate, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara.

Keunikan Giri terletak pada perannya sebagai institusi legitimasi kekuasaan. Para raja Jawa datang ke Giri untuk memperkuat kedudukan mereka, mengakui pengaruh besar yang dimiliki pusat dakwah ini di masyarakat.

Era Kejayaan di Bawah Sunan Prapen

Puncak kekuasaan Giri tercapai pada masa kepemimpinan Sunan Prapen, pemimpin keempat di Giri. Beliau membawa dimensi politik ke dalam institusi keagamaan ini, terlibat aktif dalam dinamika kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa.

Sunan Prapen berperan sebagai kingmaker, melantik Sultan Hadiwijaya sebagai raja Pajang dan menjadikan kerajaan tersebut penerus Kesultanan Demak. Beliau juga berperan sebagai mediator dalam konflik antara Mataram dan Surabaya. Hampir setiap penguasa Islam yang naik takhta di Nusantara mendapat legitimasi dari Sunan Prapen.

Kemunduran dan Kehancuran

Setelah wafatnya Sunan Prapen, pengaruh Giri Kedaton mulai memudar. Tidak adanya pemimpin karismatik pengganti membuat kekuatan rohani Giri melemah di mata para penguasa. Situasi semakin memburuk ketika menguatnya kekuasaan Mataram mengurangi ketergantungan raja-raja Jawa pada legitimasi dari Giri.

Keterlibatan Giri Kedaton dalam pemberontakan Trunojoyo melawan Mataram menjadi titik balik menuju kehancuran. Pada akhir abad ke-17, Belanda melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Giri. Tanpa pertahanan memadai, pusat dakwah yang pernah berjaya ini berhasil ditaklukkan.

Para pengikut dan keluarga Giri Kedaton dihukum, mengakhiri riwayat gemilang institusi yang pernah menjadi mercusuar peradaban Islam di Jawa Timur. Dengan demikian, berakhirlah era Giri Kedaton sebagai pusat dakwah Islam terbesar di Jawa sekaligus lembaga legitimasi kekuasaan para raja Jawa.

Last update
Add Comment