favicon
Mari Dukung Pelestarian Sejarah Gresik
Donasi

Sunan Malik Ibrahim : Wali Utama dimakamkan di Desa Gapura Gresik Dan Arti Inkripsi Makamnya

   
Sunan Malik Ibrahim : Wali Utama dimakamkan di Desa Gapura Gresik Dan Arti Inkripsi Makamnya

Sunan Malik Ibrahim : Wali Utama dimakamkan di Desa Gapura Gresik Dan Arti Inkripsi Makamnya

 



Kondisi Makam Maulana Malik Ibrahim 1910


Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang makamnya terletak di kampung Gapura di dalam kota Gresik, Jawa Timur, tidak jauh dari pelabuhan. Inskripsi makamnya yang menunjuk angka 882 H/1419 M, yaitu tahun wafatnya, menempatkannya sebagai salah seorang tokoh yang dianggap penyebar Islam tertua di Jawa. 

Secara keliru, sebagian masyarakat memberi sebutan Syaikh Maghribi kepada Syaikh Maulana Malik Ibrahim, sehingga timbul asumsi bahwa tokoh bersangkutan adalah tokoh yang asal keturunannya dari Magrib, yaitu Maroko di Afrika Utara. Babad Tanah Jawi yang disunting J.J. Meinsma, dengan kurang tepat menyamakan Syaikh Maulana Malik Ibrahim dengan nama Syaikh Ibrahim Asmarakandi (as-Samarqandi), yang menimbulkan kesan bahwa tokoh bersangkutan berasal dari Samarkand di Asia Tengah. Sementara itu, Sir Thomas Stanford Raffl es dalam History of Java menyatakan bahwa berdasar sumbersumber lokal, Maulana Ibrahim adalah seorang pandhita termasyhur asal Arabia, keturunan Jenal Abidin ( Zainal Abidin) dan sepupu Raja Chermen telah menetap di Leran di Janggala bersama para penganut Islam yang lain. Berdasar penulisan yang lebih belakangan, beberapa versi seputar keberadaan tokoh Maulana Malik Ibrahim semakin menimbulkan perbedaan asumsi yang menajam tentang siapa jati diri tokoh yang disebut Syaikh Maulana Malik Ibrahim tersebut. Bahkan, menurut penulisan yang lebih belakangan lagi, telah disusun silsilah “spekulatif” Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang mengaitkannya dengan golongan Alawiyyin keturunan Nabi Muhammad Saw., dari Fatimah az-Zahra` dengan Ali bin Abi Thalib dari jalur Husain bin Ali turun ke Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali alUraidhi, Muhammad al-Naqib, Isa ar- Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Syaikh Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik Ahmad Khan,Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal, Jamaluddin Akbar al-Husain, dan Maulana Malik Ibrahim.

Sementara itu, berdasarkan pembacaan epigraf asal Perancis J.P. Moquette atas tulisan pada prasasti makam Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang ditulis dalam De Datum op den Grafsteen van Malik Ibrahim te Grissee, disebutkan bahwa almarhum yang bernama al-Malik Ibrahim, yang wafat pada hari Senin, 12 Rabbiulawwal 822 H (8 April 1419), berasal dari Kashan (bi kashan), sebuah tempat di Persia ( Iran). Selain itu, berdasar pembacaan inskripsi pada batu nisan makamnya, yang dibaca oleh Moquette, yang ditandai kalimat Lâ ilâha illallâh, surah al-Baqarah, 255 (ayat kursi); surah Âli ‘Imrân, 185; surah ar-Rahmân, 26-27; surah at-Taubah, 21-22, terdapat penjelasan bahwa tokoh bernama al-Malik Ibrahim adalah seorang tokoh terhormat yang berkedudukan sebagai berikut. 

  1. Guru kebanggaan para pangeran (mafkharul-umarâ`).
  2. Penasehat raja dan para menteri (‘umdatus-salâthîn wal-wuzarâ`)
  3. dan dermawan kepada fakir miskin (wa ghaisul-masâkîn wal-fuqarâ`)
  4. Yang berbahagia karena syahid (as-sa’îd asy-syahîd thirâzu bahâid-dawlah wad-dîn)

Secara utuh, terjemahan dari inskripsi batu nisan Syaikh Maulana Malik Ibrahim menurut J.P. Moquette adalah sebagai berikut.

Inilah makam almarhum al-maghfur, yang mengharap rahmat Allah Yang Maha Luhur, guru kebanggaan para pangeran, tongkat penopang para raja dan menteri, siraman bagi kaum fakir dan miskin, syahid yang berbahagia dan lambang cemerlang negara dalam urusan agama: al-Malik Ibrahim yang terkenal dengan nama Kakek Bantal, berasal dari Kashan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan menempatkannya ke dalam surga. Telah wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 822 Hijriah. 

G.W.J. Drewes dalam New Light on the Coming of Islam to Indonesia menyebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai salah seorang tokoh yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali senior di antara para wali lainnya. Menurut Babad ing Gresik, yang awal datang ke Gresik adalah dua bersaudara keturunan Arab, Maulana Mahpur dan Maulana Ibrahim dengan tetuanya Sayid Yusuf Mahrabi beserta 40 orang pengiring. Maulana Mahpur dan Maulana Ibrahim masih bersaudara dengan Raja Gedah. 

Mereka berlayar ke Jawa untuk menyebarkan agama sambil berdagang. Mereka berlabuh di Gerwarasi atau Gresik pada tahun 1293 J/1371 M. Rombongan menghadap Raja Majapahit Brawijaya, menyampaikan kebenaran Agama Islam. Sang Raja menyambut baik kedatangan mereka tetapi belum berkenan memeluk Islam. 

Lalu Maulana Ibrahim diangkat oleh Raja Majapahit menjadi sahbandar di Gresik dan diperbolehkan menyebarkan agama Islam kepada orang Jawa yang mau. Sementara itu, sumber cerita lokal menuturkan bahwa daerah yang dituju Syaikh Maulana Malik Ibrahim yang pertama kali saat mendarat di Jawa ialah desa Sembalo, di dekat Desa Leran Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, yaitu 9 kilometer di arah utara kota Gresik, tidak jauh dari kompleks makam Fatimah binti Maimun. 

Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar. Aktivitas yang mula-mula dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan yang disebut Desa Rumo, yang menurut cerita setempat berkaitan dengan kata Rum ( Persia), yaitu tempat kediaman orang Rum. 

Setelah merasa dakwahnya berhasil di Sembalo, Maulana Malik Ibrahim kemudian pindah ke kota Gresik, tinggal di Desa Sawo. Setelah itu, ia datang ke Kutaraja Majapahit, menghadap raja dan mendakwahkan Agama Islam kepada raja. 

Namun, Raja Majapahit belum mau masuk Islam tetapi menerimanya dan kemudian menganugerahinya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik, yang belakangan dikenal dengan nama Desa Gapura. Di Desa Gapura itulah Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren untuk mendidik kader-kader pemimpin umat dan penyebar Islam yang diharapkan dapat melanjutkan misinya, menyampaikan kebenaran Islam kepada masyarakat di wilayah Majapahit yang sedang mengalami kemerosotan akibat perang saudara

Sumber Atlas WaliSongo - Prof Agus Sunyoto

Last update
Add Comment